
Dari hasi kunjungan ketiga desa wisata Senin (11/04) lalu, ternyata banyak keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing desa wisata. Mulai dari pemandangan alam, keasrian desa, potensi ekonomi, fasilitas, keragaman sajian kuliner dan kesenian daerahnya. Beberapa aspek tersebut juga dijadiakan sebagai bahan unggulan di desa wisata Plempoh, New Ngelepen dan Nawung.
Selain memiliki jalur trekking, Plempoh juga memiliki kesenian yang bernama Budoyo Sedyo Rukun. Komunitas ini memiliki kesenian Srandul yang merupakan jenis seni pertunjukan drama (semacam ketoprak) yang tema penampilannya mengandung nilai moral dalam menyikapi ragam kehidupan serta menceritakan keadaan terkini yang sedang menjadi bahasan masyarakat. Pada penampilan didepan juri kemarin, tema cerita yang diangkat adalah mengenai penebangan kayu.
Cerita aktual tersebut menjadi fokus utama kesenian yang dipimpin oleh Tugino Wignyo Susanto. Selama 10 tahun eksis sebagai budaya yang memiliki kearifan lokal, Srandul yang dimiliki oleh masyarakat Plempoh, Dawung, Bokoharjo, Sleman, Yogyakarta ini telah tampil diberbagai macam acara. Seperti menghadiri undangan di kampus UII dan UGM pada 2010 yang lalu.
Bila anda berkunjung ke desa Nawung, anda juga akan menemui jenis kesenian lain yang disebut Hadrah. Kesenian yang satu ini merupakan penampilan apik antara iringan rebana dan lantunan syair-syair islamiah dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Saat tim juri berkunjung di desa wisata Nawung, para seniman Hadrah tersebut menyambut dengan gembira para tamu yang hadir di lokasi Rumah Batu Dusun Nawung, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada kesempatan yang sama, Wakidi selaku dukuh Nawung mengatakan ucapan terimakasih atas kehadirannya di desa wisata yang baru saja dibentuk pada 2010 yang lalu atas bantuan pendampingan dari Arbeiter-Samariter-Bund. Ia juga menceritakan sekilas mengenai Desa Wisata Kedung Nganten yang memiliki satu cerita legenda di masyarakat Nawung. Kedung ini pada zaman dahulu merupakan tempat tapak tilas sepasang calon pengantin yang dipertemukan dan melakukan ijab qobul di Kedung tersebut.
Menuju Desa Wisata Nglepen, anda akan menemui rumah khas Teletubies yang berbentuk dome. Rumah yang memiliki ketahanan terhadap gempa ini, dulu dibuat oleh LSM WANGO dan LSM DFTW. Masyarakat yang ada di daerah dusun Sengir (kawasan yang terkena gempa hebat 2006) kemudian dipindahkan ke daerah dusun Nglepen yang memiliki daerah kontur tanah yang datar. Dari perpindahan tersebut, masyarakat yang pindah dilokasi tersebut, membentuk kesenian ronda yang unik.
Kesenian yang menonjolkan kentongan sebagai alat dasar perkusi ini, dimainkan oleh 10 orang. Delapan personil menabuh perkusi dan dua orang yang lain menari dan menyanyi. Sejak dibentuk pada 2008, kesenian yang bernama Thek-Thek Domes ini telah main dibeberapa tempat pertunjukan seperti di Pentas Budaya, tampil pada kunjungan Wakil Bupati Sleman dan lain-lain. Lagu yang dilantunkan juga bervariasi, antara lagu Jawa dan syiar-syiar shalawat untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Untuk mengundangnya, anda cukup membayar Rp. 200.000,-.
Kirim Komentar