Seniman & Budayawan

R. Katri B.Sc.

Yogyakarta INDONESIA

R. Katri B.Sc.

Ulasan

R. Katri lahir di Yogyakarta, 2 Februari 1939.  Laki-laki ini dikenal sebagai seniman teater dan film. Sejak kecil, Katri sering berpolemik dengan sang ayah. Saat duduk di kelas 4 SD Imamura, ia sempat memutuskan keluar dari sekolah. Baru dua tahun kemudian ia masuk lagi. Setamat SD ia melanjutkan ke SMP Kanaka (sekolah zaman Jepang) di Kintelan dan berakhir dengan keluar sehingga menganggur. Beruntung pada masa itu ada ujian SMA yang bisa diikuti siapa saja meskipun belum tamat SMP. Katri ikut ujian ini dan dinyatakan lulus SMA.

Pergumulannya dalam dunia seni teater tidak bisa lepas dari hobinya menyaksikan pentas ketoprak. Hampir tiap malam ia keluar untuk melihat pementasan ketoprak tobong di Patuk dan di pasar malam. Ia tak segan-segan mengambil uang dari saku baju ayahnya untuk membeli tiket masuk. Kebiasaan ini menumbuhkan minat dan dorongan yang kuat dalam dirinya untuk selalu berkesenian. Bayang-bayang menjadi aktor atau sutradara teater atau film selalu saja muncul begitu ia telah larut menikmati sebuah pementasan.

Kemudian Katri masuk ke sekolah Drama dan Film di Sompilan untuk mewujudkan cita-citanya; ia diajak kawannya Bekto. Niat ini tidak mendapatkan restu dari ayahnya yang lebih mengharapkan Katri meneruskan usahanya. Bersamaan dengan kesibukan seni drama dan film, Katri berkembang juga dalam duani tarik suara. Pada tahun 1958, dalam suatu lomba menyanyi seriosa RRI Yogyakarta yang diikuti peserta dari seluruh Indonesia, Katri keluar sebagai juara II, sementara juara I diraih oleh Prana Jaya.

Sejak itu, nama Katri melambung. Bersama kawannya Kusnu Sudjarwadi, Bekto, dan Rismarini, Katri mendapat beberapa kesempatan berperan di Perusahaan Film Negara (PFN) dengan produk film dokumenter Gelora Indonesia. Dalam film perjuangan "Sesudah Subuh", Katri berperan sebagai pemeran pembantu merangkap asisten sutradara, juga dalam Gunung Merapi (dokumenter), Desa Yang Dilupakan, Bandung Lautan Api, Kereta Api Terakhir, Krisis, dan masih banyak lagi.

Ketika dunia film nasional lesu, Katri pun terkena getahnya. Untuk menyambung hidup di Jakarta, ia harus banting tulang, bekerja menjual susu keliling dan menjadi buruh di pom bensin. Oleh ayahnya, Azwar disuruh pulang dan diberi kesempatan memegang perusahaan rokok Jati Roso. Tak berapa lama, perusahaan tersebut jatuh.

Dengan modal ijazah Sekolah Seni Drama dan Film, Katri melamar bekerja di ASDAM SILIWANGI, dan ditempatkan di Jawatan Kebudayaan Angkatan Darat di Bandung dengan pangkat Sersan Dua. Di jawatan kebudayaan milik AD ini, Katri beberapa kali memproduksi pementasan drama di mana ia menjadi pemeran utama dan sekaligus sutradara. Salah satu yang berhasil adalah opera di lapangan Sidoleuh denan cerita Sangkuriang.

Kembali dari Bandung tahun 1960, Katri masuk ke fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan hanya bertahan dua tahun karena pindah ke Sarjana Wiyata Taman Siswa jurusan Bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggris, Katri menerjemahkan naskah drama, salah satunya adalah The Lost of Shinta. Kuliah ini juga tidak tamat karena ia pindah ke Akademi Koperasi Dalam Negeri dengan ikatan dinas. Di akademi ini Katri tamat tahun 1966 dan mendapat gelar BSc. Ia diangkat menjadi pegawai negeri di Departemen Dalam Negeri dan Pembangunan Masyarakat Desa.

Obsesi keseniannya kembali tersalurkan ketika dipercayai menggarap pementasan teater Pahlawan Laut Arafuru atas permintaan Sudomo. Naskah garapannya cukup monumental karena selalu dipentaskan pada hari-hari besar Angkatan Laut. Katri saat itu tengah dinas di Irian Jaya dan mengajar juga di Universitas Cendrawasih. Kemudian ia hijrah kembali ke Jakarta dan tenggelam dalam dunia film bersama kawan-kawan lama. Beberapa film diikuti dan diselesaikannya. Tapi karena lelah, ia memutuskan untuk pulang ke Yogyakarta pada tahun 1976.

Waktu kosongnya diisi dengan mengajar bahasa Inggris di sejumlah SMA, salah satunya SMA Taman Madya di mana ia akhirnya menambatkan hati pada muridnya, Kadarningsih. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai 2 putra dan 6 putri. Karirnya di tahun 1980, masih tak lepas dari dunia seni teater dan film. Katri mendirikan kelompok teater Katsa yang mementaskan drama Antigone. Katri juga mendirikan ATFI (Akademi Teater dan Film Indonesia), dan sempat mengajarkan dramaturgi di IKIP Jakarta dan memimpin ASDRAFI selama empat tahun.

jogjastreamers

JOGJAFAMILY

JOGJAFAMILY

JogjaFamily 100,9 FM


SWARAGAMA 101.7 FM

SWARAGAMA 101.7 FM

Swaragama 101.7 FM


RETJOBUNTUNG 99.4 FM

RETJOBUNTUNG 99.4 FM

RetjoBuntung 99.4 FM


SOLORADIO 92,9 FM

SOLORADIO 92,9 FM

Soloradio 92,9 FM SOLO


GCD 98,6 FM

GCD 98,6 FM

Radio GCD 98,6 FM


UNISI 104,5 FM

UNISI 104,5 FM

Unisi 104,5 FM


Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini