Seniman & Budayawan
GBPH Soeryobrongto
MD I/143 Suryowijayan, Yogyakarta INDONESIA

Ulasan
GBPH Soeryobrongto lahir dari pernikahan GPB Perboyo dan BRA Poedjaningdyah pada tanggal 11 November 1914 dengan nama BRM Alpo Soelatmin. Ketika ayahnya dinobatkan sebagai HB VIII, ia diangkat sebagai pangeran dengan gelar GBPH Soeryobrongto yang disandangnya hingga sekarang dan diberi hak menempati Kepangeranan di Suryowijayan.
Soelatmin kecil dititipkan pada seorang guru sastra kebangsaan Belanda, Truden dari semasa ELS, MULO, dan AMS. Selain itu, sebagai seorang putra raja, menari adalah kewajiban. Maka Soelatmin bersama saudara-saudaranya berlatih tari dan mendalami di dalam lingkungan Kraton Yogyakarta dengan belajar tari tradisional gaya Kraton Yogyakarta. Selain di dalam Kraton, Soelatmin belajar juga di Kridha Beksa Wirama pada tahun 1932.
Pada tahun 1933, Kraton Yogyakarta menggelar pementasan besar selama tiga hari tiga malam, dalam lakon bersambung dari Semar Boyonh, Romo Nitik dan diakhiri Romo Nitis. BRM Alpo Soelatmin mendapat peran sebagai Ontorejo yang dibawakannya dengan baik dan mungguh.
Dalam dunia tari, ia pernah turut menciptakan tari Golek Menak dan membakukannya bagi Siswo Among Bekso Yogyakarta. Erat kaitannya dengan tari, GBPH Soeryobrongto juga aktif mengajar tari di Kridho Bekso Wiromo pada tahun 1943, di Siswo Among Bekso pada tahun 1950, dan menjadi dosen tari di Akademi Seni Tari Indonesia pada tahun 1967-1969. Ia juga pernah melawat ke Eropa, Negeri Belanda, Inggris, Roma, Jerman Barat, Belgia, sebagai art director pada tahun 1971. Dan pada tahun 1973, GBPH Soeryobrongto mengikuti Hongkong Art Festival dan keliling Jepang selama sebulan penuh.