Seniman & Budayawan
Djoko Pekik
Plataran Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul INDONESIA

Ulasan
Pendidikan formal Djoko Pekik berakhir di ASRI pada tahun 1962. Ia tidak memikirkan nasib ijazahnya yang telah hilang, baginya sekolah yang sebenarnya adalah bergaul dengan orang lain. Di ASRI ia hanya belajar sedikit tentang bahasa ungkap. Ia banyak belajar di sanggar, lewat pergaulan inilah ia mencari pengalaman.
Yang memacu ia sehingga berpengaruh dalam proses kreatifitas adalah pengalaman pahit getirnya. Karena 90 % dari hidupnya ia akui sengsara. Dalam melukis ia tidak terpancang pada aliran. Sebelum tahun 1965, ia pernah menggelar 3-4 kali pameran karyanya di Jakarta. Setelah itu sempat vakum. Baru pada tahun 1990 ia mengadakan pameran lagi di Edwin Galeri Jakarta. Setelah itu disusul dengan pameran yang lain, diantaranya : th 1993 di Taman Budaya Solo. Th 1995 di Hotel Porsission Bali, th 1998 di Bentara Budaya Yogyakarta (saat itu dianggap pameran teraneh karena hanya menampilkan 1 lukisan dalam sehari semalam), th 1999 di galeri nasional dengan tema berburu celeng, th 1999 di Bentara Budaya Yogyakarta juga dengan tema berburu celeng.
Tahun 1964 Djoko Pekik sudah masuk 5 besar pelukis nasional. Mungkin karena itulah sehingga dari tahun 1965 hingga sekarang ia belum pernah dapat penghargaan lagi. Obsesinya yang belum terwujud adalah menyampaikan uneg-unegnya yang masih banyak tersimpan dan belum ia tuntaskan.