Seni & Budaya

Jejak Tabi Exchange: Dari Pertukaran Gagasan Hingga Arsip Karya

Oleh : Trida Ch Dachriza / Sabtu, 14 Juli 2018 16:26
Jejak Tabi Exchange: Dari Pertukaran Gagasan Hingga Arsip Karya
Arsip tari Bagong K dan Wisnu W-Gudegnet/Trida

Gudeg.net - Jejak Tabi Exchange: Wandering Asian Contemporary Performance resmi dibuka Jumat (13/7), oleh Helly Minarti (Jakarta), Akane Nakamura (Tokyo), dan Pichet Klunchun (Bangkok). Dua nama pertama adalah kurator untuk tari dan arsip. Sedangkan nama terakhir adalah penari, salah satu pertunjukan utama di helatan Jejak Tabi Exchange. Bersamaan dengan Pichet, sebagai pertunjukan utama akan tampil juga Padmini Chettur (Chennai).

Jogja sendiri dipilih karena sesuai dengan misi Jejak Tabi Exchange untuk menjadi ruang intim di mana para seniman, praktisi (produser, kurator, manajer seni), serta penonton dapat saling bertukar gagasan dan melibatkan diri dengan karya yang disajikan. Juga agar mendapat pengertian yang lebih mendalam tentang proses, konteks, serta sejarah kekaryaan.

"Memilih Jogja karena saya merasa di kota ini lebih banyak ruang, karena kecil dan intim untuk bicara hal-hal yang penting sebagai pekerja seni," jelas Helly Minarti sebagai salah satu penggagas sekaligus kurator di sela-sela pembukaan (13/7).

Helatan ini perdana diadakan, dan akan berlanjut di kota lain. Di Jogja sendiri festival ini sebagai acara perdana, dan akan berlangsung dari tanggal 13 Juli hingga 11 Agustus 2018. Kota berikutnya adalah Kuala Lumpur (23-30 September 2018). Mitra lokal untuk kedua edisi ini adalah Cemeti Institute untuk Seni dan Masyarakat Yogyakarta serta Damansara Performing Arts Centre (DPAC) untuk Kuala Lumpur.

Festival dan pameran ini adalah sebuah platform baru yang khusus diciptakan bagi seniman kontemporer Asia agar dapat menyajikan karya mereka sekaligus menjalin pertukaran bermakna di antara seniman Asia. Bentuknya unik karena mengambil rupa festival perjalanan yang diselenggarakan di dua kota Asia  setiap tahunnya selama tiga tahun mendatang.

"Nama Jejak Tabi diambil dari dua kelompok bahasa di Asia yang secara simbolik menyiratkan maksud untuk berakar di dalam keragaman praktik artistik seni pertunjukan kontemporer di Asia. Sedangkan jejak adalah kata di Bahasa Melayu atau Indonesia yang di dalam dua bahasa itu berbagi makna yang agak berbeda," ungkap Amelberga (12/7) mengenai arti nama Jejak Tabi melalui rilis resmi.

Arsip yang dipilih kali ini adalah arsip tari Bagong Kussudiardjo dan Wisnu Wardhana di tahun 1950an hingga 1960an. Pemilihan keduanya berdasarkan telusuran cita-cita Presiden Sukarno tentang "identitas nasional" yang tidak hanya berakar pada identitas kesukuan, tetapi juga sesuatu yang dibentuk dengan interaksi antar daerah dan antar bangsa.

Malam pembukaan menampilkan musikalisasi puisi Bagong Kussudiardja, 'Lampu Cinta' oleh Silir Pujiwati dan Purwanto. Tari gaya pantomim Wisnu Wardhana (1964), dibawakan oleh Jujuk Prabowo. Dan Tari Kuda-Kuda ciptaan Bagong K dan Kuswadji (1954), dibawakan oleh Satrio (Ayodya) Hadriyanto dan Sri Wigihardo. Tari Kuda-Kuda adalah tarian yang dipilih oleh Presiden Sukarno untuk ditampilkan di Cina saat misi kebudayaan di tahun 1954.

 

 

 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    GERONIMO 106,1 FM

    GERONIMO 106,1 FM

    Geronimo 106,1 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini