Sosial Ekonomi

Sebulan Pasca Penutupan Jalan Gito Gati, Ekonomi Lumpuh

Oleh : Trida Ch Dachriza / Senin, 04 Maret 2019 20:04
Sebulan Pasca Penutupan Jalan Gito Gati, Ekonomi Lumpuh
SPBU GIto Gati yang terpaksa tutup (4/3)-Gudegnet/Trida


Gudeg.net – Semenjak ditutupnya ruas Jalan Gito Gati  6 Februari lalu, aktivitas ekonomi di jalan ini nampak lesu. Banyak yang memilih tutup ketimbang menanggung rugi yang cukup signifikan. Bahkan SPBU di jalan ini tidak lagi beroperasi sampai jalan dibuka untuk umum kembali.

Padahal, rehabilitasi empat jembatan ini direncanakan hingga akhir Mei dan Juni nanti. Dewi dan Heri, pasutri pemilik bisnis buah-buahan, bahkan harus memodifikasi dagangannya untuk bertahan.

“Pendapatan kami menurun hingga 70 persen. Kami orang berusaha masuk ke pasar juga agar tidak rugi banyak. Anak saya jualan buah naga sampai akhirnya memutuskan tutup daripada rugi terus,” ujar Dewi saat diwawancarai di kiosnya, Murah Gedhang, Senin (4/3).

Sebelum jalan ditutup, sehari-hari perantau asal Lampung ini dapat menghasilkan hingga tiga juta rupiah per hari bruto. Kini, sampai satu juta saja mereka sudah bersyukur. Buah naga yang dulu pasokannya empat peti per hari, sampai akhirnya tutup sementara karena satu peti pun tak habis.

“Kami senang ada perbaikan begini, berarti jalan diperhatikan. Cuma, kami minta tolong sangat agar dipercepat. Apalagi ini menjelang puasa dan Lebaran. Kalau bisa seperti mall, pekerja 24 jam ganti-gantian agar lekas selesai,” ujar Feri menambahkan.

Matsiroh, pemilik kios gorengan I Love Gorengan juga mengeluhkan sepinya pembeli. Dia harus memotong penggunaan bahan gorengan lebih dari setengah. Pendapatannya pun turun drastis.

“Tadinya saya bisa dapat enam juta rupiah per bulan, kalau lagi ramai-ramainya. Sekarang satu jutaan lah kira-kira,” ungkapnya sedih. Padahal jam berjualannya tidak berubah, dari pagi hingga menjelang maghrib.

Lain lagi dengan bengkel ‘Bodonk Motor’ di sebelahnya. Menurut pengakuan Budi, pemilik bengkel, pendapatan penjualan suku cadang dan aksesorisnya turun hingga separuhnya. Sedangkan untuk pengguna jasa bengkel, sekitar 30 persen karena tertolong oleh pelanggan yang maklum dengan situasi.

Lebih jauh ke barat, kios bakso ‘Miroso’ juga merasakan dampak yang sama. Di hari-hari normal Pak Agus dapat menjual 30-an porsi sehari, sekarang turun hinga 14-16 porsi. Padahal, sebelum jalan ditutup bisnis miliknya baru buka beberapa hari.

Di penghujung barat Jalan Gito Gati, di mana sudah tidak tersedia jembatan darurat, cuci mobil dan kelontong Wijaya terkena dampak paling signifikan. Pak Cornelius Yanto, pemilik tempat ini mengaku, dia harus memecat tiga karyawannya karena tidak sanggup menggaji, apalagi memberikan THR.

“Saat weekend biasanya mobil bisa sampai 40an yang mencuci. Sekarang hampir tidak ada. Apalagi hari biasa, tidak ada sama sekali. Karyawan pun saya tinggal satu saja,” akunya.

Dia berharap pemerintah dapat menemukan solusi untuk memberikan jembatan darurat seperti dua jembatan lainnya agar jalan tidak terlalu sepi, dan bisnisnya bisa mendapat harapan.

Jalanan memang tampak sangat lengang. Bagi anak-anak, penutupan jalan yang mengakibatkan jarangnya kendaraan melintas membuat mereka mendapat lahan bermain baru. Nampak di sejumlah ruas jalan mereka memanfaatkannya untuk bermain bola.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini