Gudeg.net—Setelah menelurkan karya selama lebih dari tiga dekade, pematung Indonesia, Yusman meluncurkan buku biografinya, “Dari Pasaman ke Istana Negara” di Museum Affandi, Selasa (12/11).
Pameran ini dibuka oleh mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti. Keduanya bertemu saat sama-sama ditugaskan di Morotai, Maluku.
“Pertemuan pertama saya dengan Pak Yusman, saya tidak pernah lupa. Di suatu pulau terpencil, Morotai,” ungkap Wiendu (12/11).
Saat itu Yusman mendapat tugas dari Museum Trikora dan Perang Dunia II, sedangkan Wiendu bertugas untuk mendesain dan membangun museum.
Bersamaan dengan peluncuran buku perjalanan hidupnya tersebut, Yusman juga mengadakan pameran tunggal maket karya patungnya di Galeri 3 Museum Affandi.
Dari pandangan sahabat sekaligus kurator buku dan pameran Yusman, Suwarno Wisestrotomo, salah satu momen penting dan haru untuknya adalah penugasan Yusman untuk membuat monumen di halaman terdepan Indonesia, di perbatasan.
“Perbatasan ini ditandai dengan patung Garuda yang perkasa setinggi tiga meter,” ungkap Suwarno yang akrab dipanggil Warno (12/11). Ia bercerita di mana banyak orang akan menyebutnya halaman terbelakang Indonesia, TNI menyebutnya sebagai halaman depan.
Dalam pameran ini kita dapat menemukan sebagian besar karya-karya penting Yusman selama berkarir dalam satu ruangan. Walaupun tidak semua, namun koleksi maket ini cukup representatif.
Berbeda dengan Edhi Sunarso yang ikut menandai kelahiran dan tumbuhnya Indonesia, Yusman bertugas untuk menerjemahkan narasi sejarah.
Edhi sendiri adalah seorang veteran yang belajar mematung saat menjadi tawanan perang tentara Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) di Bandung antara tahun 1946-1949.
Edhi dikenal melalui karya-karyanya seperti Patung Selamat Datang, Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, dan Monumen Tugu Muda Semarang, dan lainnya.
“Yusman mendapat tugas untuk memonumentalisasi peristiwa-peristiwa penting yang menjaga dan merawat Indonesia, terutama dari institusi Tentara Nasional Indonesia,” cerita Warno lagi.
Menurutnya, kolaborasi Yusman dan TNI cukup menarik. Kolaborasi ini ditangkap dan diterjemahkan dengan baik. Yusman melakukan riset-riset yang sangat serius sebelum membuat karya karena Yusman harus mampu menerjemahkan narasi-narasi sejarah yang diperankan TNI dan rakyat.
Yusman sendiri lebih banyak bicara tentang masa kecilnya yang menyukai komik dan selalu mengantuk saat membaca pelajaran. Ia selalu bertanya-tanya kenapa dirinya seperti itu.
Dengan tekad baja, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Insititut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta selepas sekolah menengah. Tidak lulus seni lukis, ia justru lulus di jurusan seni patung.
Biografi pematung asal Pasaman, Sumatera Barat ini diluncurkan bersamaan dengan ulang tahunnya yang ke-55. Ia lahir di Desa Sukamenanti, Pasaman.
Pameran maket sendiri dapat disaksikan di Galeri 3 Museum Affandi dari tanggal 12 November hingga 21 November 2019 pukul 10.00-17.30 WIB. Museum Affandi sendiri terletak di Jl. Laksda Adisucipto No.167, Papringan.
Kirim Komentar