Gudeg.net- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida meminta masyarakat untuk tidak panik atas deformasi atau penggembungan yang terjadi pada Gunung Merapi.
“Memang benar terjadi deformasi atau pengembungan di puncak Gunung Merapi akan tetapi belum menunjukan perubahan yang signifikan. Masyarakat tidak perlu panik, tetaplah beraktifitas seperti biasanya,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangan persnya, Jumat (10/7).
Hanik menjelaskan, penggembungan Merapi yang terjadi saat ini terhitung sekitar 0,5 cm per harinya dan telah terjadi sejak 22 Juni 2020 yang lalu.
Dari data yang dihimpun BPPTKG, sejak 22 Juni lalu hingga saat ini telah terjadi penggembungan atau pembengkakan Merapi sekitar 7 cm.
“Walaupun laju deformasi kali ini dapat dikatakan hampir sama dengan tahun 2006, namun tim BPPTKG masih melakukan pendataan lebih lanjut. Terdapat dua kemungkinan, erupsi atau pembentukan kubah lava baru nantinya,” jelasnya.
Sebagai perbandingan, erupsi tahun 2006 total deformasi mencapai 130 cm dengan laju pertumbuhan sekitar 4 cm per hari. Sedangkan erupsi tahun 2010 mencapai 300 cm dengan laju pertumbuhan sekitar 10 cm per harinya.
Aktivitas Gunung Merapi dipantau dengan berbagai macam metode dan peralatan di antaranya metode seismik, geokimia dan metode deformasi.
Metode deformasi merupakan cara untuk mengetahui perubahan bentuk tubuh gunung akibat dari adanya aktivitas naik magma ke permukaan dari perut gunung.
Menurut Hanik, untuk perhitungan jumlah deformasi, BPPTKG melakukan pengukuran dari Barat Laut Merapi atau dari Pos Babadan Magelang, Jawa Tengah.
“Dari metode deformasi dapat disimpulkan, Merapi memang sedang menggeliat tapi masih dalam skala kecil bila dibandingkan dengan tahun 2010. Apabila terjadi erupsi sekalipun, tipenya hampir sama dengan yang terjadi pada 2006 lalu,” tuturnya.
Dengan adanya deformasi ini, BPPTKG tidak menaikan status gunung Merapi, tetap pada Level II atau Waspada.
Potensi bahaya ancaman Merapi saat ini masih berupa luncuran awanpanas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat dari erupsi eksplosif.
“Kami tetap mengimbau masyarakat menjaga jarak aman sekitar 3 km dari puncak Merapi dan tetap memantau perkembangan melalui website resmi BPPTKG atau medsos kami,” imbau Hanik.
Kirim Komentar