Gudeg.net- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY mengatakan aktivitas kegempaan Gunung Merapi minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu.
Hal tersebut terlihat dari laporan hasil pengamatan BPPTKG sejak tanggal 2-8 Oktober 2020.
“Selama satu Minggu ini, mulai 2-8 Oktober 2020, kegempaan Merapi lebih tinggi dibandingkan minggu lalu namun masih cenderung fluktuatif dan aman,” ujar salah satu Tim Humas BPPTKG dalam grup whatsapp media, Jumat (9/10).
Selain aktifitas kegempaan yang cukup meningkat, Gunung Merapi juga mengalami penggembungan tubuh gunung yang diukur dengan jarak tunjam melalui reflektor pemantau.
Penggembungan tubuh gunung Merapi yang terjadi selama sepekan ini yaitu sekitar 2 centi meter dari dari minggu lalu.
Berikut data lengkap dari laporan mingguan perkembangan Gunung Merapi yang dikeluarkan oleh BPPTKG;
A.Data Kegempaan;
- Gempa Hembusan (DG) : 32 kali
- Gempa Vulkanik Dangkal : 19 kali
- Gempa Fase Banyak : 194 kali
- Gempa Low Frekuensi : 21 kali
- Gempa Guguran : 65 kali
- Gempa Tektonik : 10 kali
B. Deformasi;
Deformasi Gunung Merapi dipantau menggunakan EDM, pada minggu ini menunjukan adanya pemendekan jarak tunjam sekitar 2 centi meter.
C. Hujan dan Lahar,
Pada minggu ini terjadi hujan dengan intensitas paling tinggi sebesar 45 mm/jam selama 20 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 4 Oktober 2020.
Meskipun curah hujan cukup tinggi, tidak dilaporkan adanya banjir lahar dingin atau penambahan aliran sungai dari puncak Merapi.
Dalam sepekan ini menurut BPPTKG, Merapi umumnya berada dalam cuaca cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang dan sore hari lebih berkabut.
Selain itu terjadi juga keluarnya asap putih setinggi 150 meter dengan ketebalan tipis hingga tebal namun bertekanan lemah. Status Gunung Merapi tetap dalam level II atau Waspada sejak Mei 2018.
Untuk itu BPPTKG tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat yang berada di lereng Merapi untuk menjaga jarak aman yaitu sekitar 3 Km dari puncak.
“Jaga jarak aman dari puncak dan waspadai terjadinya guguran lava dan awan panas yang berpotensi menimbulkan hujan abu vulkanik,” imbau BPPTKG DIY.
Kirim Komentar