Gudeg.net—Komik sudah menjadi kultus dari masa keemasannya di tahun 1930-an. Asal muasal komik memang tidak dapat dipastikan tepatnya.
Namun, ahli sejarah komik banyak yang setuju menyebut Trajan’s Column yang diterbitkan bangsa Roma di tahun 110 Masehi bisa jadi nenek moyang komik. ‘Komik’ ini berupa gambar sekuensial dengan narasi.
Komik hingga saat ini masih sangat populer. Apalagi kini sudah banyak medium yang dapat menerbitkan komik, tidak harus berupa buku. Komikus pun bertebaran di mana-mana.
Salah satu komikus kawakan Jogja, Sapto Rahardjo yang lebih dikenal sebagai Athonk membagikan tipsnya untuk komikus muda membuat komik.
“Kalau bingung dengan cerita, jangan pikirkan ceritanya dulu,” kata Athonk saat berbincang mengenai karyanya, “Old Skull: The Big Book” di Yogyakarta Komik Week 2020, Museum Sonobudoyo pekan lalu.
Ia menyarankan komikus muda yang ‘mentok’ di isu cerita komik untuk mengikuti teknik yang dipakai oleh penerbit komik internasional, Marvel.
Teknik yang digunakan Marvel adalah membuat panel komik terlebih dahulu. Buat panel dengan bermacam-macam bentuk; kotak, segi panjang, segitiga, bulat. Kosongkan terlebih dahulu.
“Kalau sudah jadi panelnya, kita bisa lihat arahnya ke mana. Panel dulu baru cerita,” lanjut Athonk.
Komikus muda juga ia sarankan untuk sering-sering membuat karakter baru agar ide tidak ‘kering’.
Menurutnya, membuat karakter baru itu tugas komikus. “Buatlah monster baru, atau superhero baru,” ujarnya.
Karakter-karakter ini tidak harus selalu menjadi cerita. Bisa saja dia tetap menjadi karakter. Keuntungan lainnya ‘menabung’ karakter adalah, saat dibutuhkan, kita tinggal memilih dari portfolio kita sendiri.
Tips terakhir yang ia berikan masih berkaitan dengan cerita komik. Jika tiba-tiba terlintas di kepala ada judul yang menarik, biasakan langsung mencatatnya. Terkadang ide cerita bisa muncul dari judul, terutama komik strip.
Jadi, sudah siap membuat komik?
Kirim Komentar