Alunan Jazz Peter Ypma+3 di Fak Kedokteran UGM
KONSER JAZZ PEER YPMA+3 BERLANGSUNG MERIAH, Rabu (3/3) malam di Auditorium II Fakultas Kedokteran UGM, Jln Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta. Terutama karena diapresiasi oleh banyaknya penonton penggemar musik jazz yang datang, dan sangat antusias mengikuti dan menikmati pertunjukannya hingga akhir acara. Konser yang terselenggara berkat kerjasama antara Karta Pustaka dan Fakultas Kedokteran UGM ini dengan sukses menampilkan Peter Ypma, Marius Beets, Erik Van Der Luijt dan AB Schaap bersama dalam satu panggung dan membawakan beberapa judul permainan musik jazz mereka.
Salah satu diantaranya berjudul Rojaya, yang oleh Peter Ypma diartikan dengan kata-kata Rotterdam, Jakarta , Jogjakarta. Hingga daya tampung Auditorim II yang seharusnya hanya tersedia 350 kursi terpaksa harus pula ditambah karena banyaknya penggemar jazz di Jogjakarta. Apalagi harga tiket konser yang relatif murah Rp 5.000 bisa dijangkau oleh kantong mahasiswa dan juga publik Jogja pada umumnya.
Dizzy Gilliespie seorang trumpeter yang jadi eksponen penting dalam era Bebop sendiri pasti juga tidak akan pernah menyangka permainan musik mereka akan menjadi cikal bakal permainan musik jazz yang kemudian berkembang menjadi aliran Bebop modern seperti yang dimainkan oleh Peter Ypma+3 semalam. Kata Bebop ini digunakan rupanya untuk mencerminkan suatu bunyi atau suara interval musik yaitu Flatted Fifth. Yang mana Bebop sendiri merupakan sesuatu tentang ekspresi jazz dan orang sudah bisa dikatakan memainkan bebop pada saat ia bermain secara spontan dan melakukan loncatan melodi (melodic leaps).
Peter Ypma yang lahir di Cimahi pada tahun 1942 ini menggandeng Marius Beets pada posisi double bass, Erik Van Der Luijt pada piano, Ab Shaap pada saxofon. Kolaborasi ini pulalah yang kemudian menjadikannya tajuk konser "Peter Ypma+3". Peter Ypma sendiri sebelumnya pernah malang melintang di dunia musik jazz dan banyak bermain dengan grupnya sendiri PY+11, Janlaurens Hartong Trio dan hampir selama 36 tahun dengan penyanyi jazz nomor satu di Belanda, Rita Riejs. Sementara 20 tahun yang lalu, Peter memutuskan untuk berhenti kerja studio dan memilih menjadi guru di Konservatori di Rotterdam bersama-sama juga dengan Marius Beets dan AB Schaap.
Erik Van Der Luijt-pun yang paling muda di antara mereka tidak kalah hebat dalam permainan pianonya, bahkan sempat juga memainkan satu nomer permainannya dalam konser ini secara tunggal. Lahir tahun 1970 belajar di Royal Conservatory di Den Haag dengan Rob van Krefeld dan Rob van Bavel. Berbagai proyek yang mengikutsertakannya sebagai pianis, aranser, komposer dan produser pun pernah ia lakukan dalam usia yang relatif muda.
Permainan Schaap pada saxofoon sering kali mendapatkan tepuk tangan yang meriah setelah usai Schaap unjuk gigi. Tak disangkal lagi, dia memang hebat apalagi terbukti pada tahun 1992 ia memenangkan penghargaan Komposisi Jazz Eropa. Ia juga bermain dalam orkes-orkes kenamaan seperti Skymasters, Metropole Orkest dan John Clayton Big Band. Beets-pun tak kalah hebatnya, pada usia 7 tahun ia memulai pendidikan musiknya dengan belajar piano dan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama ia juga mempelajari gitar akustik, gitar elektrik dan gitar bass. Rita Reijs dan Greetje Kauffeld-pun langganan memakainya untuk mengiringi pentas mereka.
Permainan mereka yang beraliran Bebop modern ini pada awalnya merupakan perkembangan dari permainan musik jazz yang beraliran Swing yang hingga akhir tahun 1930-an sempat dijuluki "The Greatest Music of All Time". Tetapi ketika para musisi yang berkumpul pada saat itu menciptakan suatu gaya musik baru atau yang mereka namankan dengan modern jazz dan Minton’s (sebuah tempat di Harlem, tempat kebanyakan musisi jazz berkumpul) akhirnya menjadi suatu sentral yang penting dalam perkembangan gaya baru tersebut seperti halnya New Orleans pada era sebelumnya.
Kirim Komentar