Kekacauan jalur transportasi darat yang mengarah ke berbagai daerah bencana, seperti di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Klaten, terjadi karena beberapa hal seperti rusaknya lampu pengatur lalu lintas. Namun padat dan kacaunya arus lalu lintas tersebut ternyata karena aktivitas "wisata bencana" gempa yang terjadi di jalan raya menuju kedua kabupaten tersebut.
Bangunan yang rata tanah atau rusak menjadi bahan tontonan yang menarik bagi orang-orang yang tidak menjadi korban bencana gempa. Mereka berkendaraan secara pelan-pelan sambil menoleh di kanan dan kiri jalan dan sesekali tangan mereka menunjuk ke arah obyek yang mengalami kerusakan dahsyat dan memberikan komentar-komentar tertentu.
Di tempat lain, misalnya di sepanjang Jl. Bantul, memang banyak rumah penduduk yang hancur dan beberapa "wisatawan bencana" mengunjungi obyek tontonan tersebut, dan sesekali mengambil gambar melalui kamera telepon genggam. Bahkan ada juga yang membawa handycam dan sembari sembunyi-sembunyi mencoba merekam akibat bencana gempa tersebut.
Sangat mudah untuk mengenali wisatawan bencana dan membedakan dari mereka yang sebenarnya mengurusi distribusi bantuan. Mungkin inilah salah satu fenomena pelengkap dalam kejadian bencana gempa di Jogja ... yang notabene masih disebut sebagai Kota Pariwisata.
Sungguh ironis ...
Kirim Komentar