Prison and Paradise atau penjara dan surga, sebuah film
tentang peristiwa bom Bali 12 Oktober 2002 direncanakan membuka Festival
Film Dokumenter (FFD) 2010. Film karya Daniel Rudi Haryanto itu menjadi
film Indonesia pertama yang membuka festival film dokumenter tahunan
itu.
Koordinator Program FFD Abraham Mudito menuturkan, FFD kali ini sengaja memilih film Indonesia untuk mengawali festival. Menurutnya, film Indonesia juga bisa menjadi tamu di festival filmnya sendiri.
Selain itu, Abraham menyatakan bahwa sang sutradara film Prison and Paradise, Daniel Rudi Haryanto telah berusaha sekuat tenaga, seperti yang dilakukan oleh pembuat film dokumenter lainnya, untuk menyajikan ide yang jelas tentang sesuatu.
Sedangkan di sisi lain, tambahnya, bahwa film tetaplah film menjadi sebuah medium yang rentan terhadap teknis sekaligus memiliki resonansi yang sangat kuat ketika semua aspek terangkum menjadi satu di ruang menonton.
"Dengan pertimbangan itu kami memilih Prison and Paradise atau Penjara dan Surga untuk membiasakan kita menonton dan berbicara setelahnya. Karena film dokumenter sering kali bukan film yang membuat kita tersenyum setelah lampu bioskop menyala," terangnya di Yogyakarta, Senin (6/12).
Film Penjara dan Surga yang berdurasi 93 menit berkisah mengenai peristiwa bom Bali 12 Oktober 2002 yang masih menyisakan perdebatan panjang terkait pergerakan Islam, jihad Islam, bom bunuh diri dan terorisme. Salah satu fragmennya bercerita mengenai pemulihan duka dari keluarga korban Bom Bali yang melibatkan Imam Samudra, Ali Gufron, Amrozi dan Ali Imron itu.
Tahun ini, festival film tahuan itu akan digelar pada 7-11 Desember mendatang di kompleks Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta.
Koordinator Program FFD Abraham Mudito menuturkan, FFD kali ini sengaja memilih film Indonesia untuk mengawali festival. Menurutnya, film Indonesia juga bisa menjadi tamu di festival filmnya sendiri.
Selain itu, Abraham menyatakan bahwa sang sutradara film Prison and Paradise, Daniel Rudi Haryanto telah berusaha sekuat tenaga, seperti yang dilakukan oleh pembuat film dokumenter lainnya, untuk menyajikan ide yang jelas tentang sesuatu.
Sedangkan di sisi lain, tambahnya, bahwa film tetaplah film menjadi sebuah medium yang rentan terhadap teknis sekaligus memiliki resonansi yang sangat kuat ketika semua aspek terangkum menjadi satu di ruang menonton.
"Dengan pertimbangan itu kami memilih Prison and Paradise atau Penjara dan Surga untuk membiasakan kita menonton dan berbicara setelahnya. Karena film dokumenter sering kali bukan film yang membuat kita tersenyum setelah lampu bioskop menyala," terangnya di Yogyakarta, Senin (6/12).
Film Penjara dan Surga yang berdurasi 93 menit berkisah mengenai peristiwa bom Bali 12 Oktober 2002 yang masih menyisakan perdebatan panjang terkait pergerakan Islam, jihad Islam, bom bunuh diri dan terorisme. Salah satu fragmennya bercerita mengenai pemulihan duka dari keluarga korban Bom Bali yang melibatkan Imam Samudra, Ali Gufron, Amrozi dan Ali Imron itu.
Tahun ini, festival film tahuan itu akan digelar pada 7-11 Desember mendatang di kompleks Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta.
Kirim Komentar