Terminal Giwangan Mlompong

Tukino (50) harus gigit jari lantaran ia harus kehilangan 50% pendapatan karena kelangkaan solar yang hampir merata diseluruh Indonesia. Pasalnya, sopir bus antar kota dalam propinsi tersebut per satu hari hanya dapat mengantar 18 penumpang. "Biasanya saya dapat mengantar 54 penumpang dihari biasa saat pasokan solar normal," jelas Tukino yang mengambil trayek Wonosari - Jogja itu mengungkapkan pada Tim Gudegnet kemarin sore.

Hal tersebut diamini oleh Johan Pinem selaku Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Perhubungan Yogyakarta UPT Terminal Giwangan Yogyakarta. Ia mengungkapkan bahwa data dalam waktu satu hari, terdapat 1800 bus yang masuk di Terminal Giwangan. "Jumlah tersebut terdiri atas bus AKAP, AKDP dan bus perkotaan," tukasnya.

Kelangkaan solar yang terjadi berlarut-larut ini mengakibatkan jumlah bus yang keluar masuk turun dan berakibat pada turunnya jumlah penumpang yang masuk pada peron. Ia mengatakan bahwa dalam hari normal, jumlah penumpang yang masuk pada peron sebanyak 6000 orang. "Dari kelangkaan solar ini, kami prediksi penumpang turun 20%," tambahnya.

Hal ini diperparah oleh mogoknya sejumlah sopir bus AKAP yang berada di wilayah Kedu dan Banyumas. Latar belakang mogoknya supir-supir tersebut karena menuntut normalisasi subsidi solar. "Jadi kenapa dampaknya sampai di terminal jogja, karena keberangkatan dan kedatangan PO itu berasal dari trayek Jogja - Cilacap, Jogja - Purwokerto, Jogja - Bandung, Jogja - Tasikmalaya yang melewati karesidenan kedu dan banyumas.

Saat disinggung mengenai operasional Trans Jogja, Johan telah melakukan pengamatan dilapangan, ia menegaskan tidak ada gangguan operasional meskipun solar langka di daerah Jogja, "Trans Jogja tetap beroprasi seperti biasa, tidak terpengaruh oleh langkanya solar," tutupnya.