Profesi menciptakan warangka (sarung keris) merupakan pekerjaan yang langka. Ketrampilan inilah yang kemudian membuat wagimin dan anaknya Rujito terkenal didunia pusaka khususnya keris.
Sejak 1985, ia menekuni usaha ini hingga sekarang. Workshop yang teletak di Tegalrejo, Girirejo, Imogiri Bantul ini menjadi lokasi penghasil ribuan warangka yang banyak dikoleksi oleh kolektor serta peminat seni.
"Warangka ini terbuat dari bahan kayu gaharu, awar-awar, cendana dan timoho," jelas Rujito yang mewakili ayahnya saat menghadiri pameran seni budaya di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Kegemaran warga Girirejo membuat warangka membuat desa ini terkenal sebagai lokasi pembuat sarung keris tersebut. Saat seseorang akan membuat warangka, biasanya mereka membawa serta keris tersebut. "Tujuannya agar mudah memilih warangka yang tepat," tambah Rujito.
Kurun waktu 30 hari kerja, Rujito mengaku bisa membuat warangka sebanyak 60 buah. Masing-masing memiliki harga yang berbeda-beda mulai dari Rp 200.000 sampai Rp 900.000. "Tergantung dari ukuran serta jenis kayu yang akan dipilih," tukasnya.
Selama hampir 27 tahun bergelut dengan profesi ini, suka duka sebagai pembuat warangka memang mengalai pasang surut. "Kadang ada pesanan, kadang juga tidak, namun kami tetap terus membuat, karena kecintaan kami terhadap keris," jelasnya.
Melalui pameran yang diselenggarakan oleh TBY ini, Rujito berharap dapat mengenalkan usahanya kepada khalayak ramai. "Kami konsisten membuat warangka demi keeksistensian keris nusantara," ucapnya bangga.
Kirim Komentar