Kini, seorang peneliti tidak perlu datang langsung ke perairan hanya untuk mengecek populasi ikan, tidak perlu pula datang langsung ke lautan hanya untuk mengecek pencemaran minyak. Alat yang mampu menempuh jarak 1 km dan berkecepatan 50 km/jam ini merupakan sebuah karya dari mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM).
Tim tersebut terdiri dari Meuthia Fawzia, Ary Kusumaningsih, Firdhaus Azhar, Kristiawan Devianto, dan Muhammad Nur Fattah. Ke-5 nya berjibaku membuat kapal tanpa awak ini dengan modal Rp 10 juta. "Mahal karena bahan yang kami perlukan masih impor," jelas Firdaus.
Kapal bernama Si Penyu ini terdiri atas sensor GPS, kompas, accelerometer, gyroscope, modul komunikasi serial, dan XBEE. "Ada pula dua sensor utama yaitu sensor minyak dan sensor ikan. Melalui alat tersebut data yang diperoleh kemudian diolah dan selanjutnya ditampilkan dalam sebuah graphic user interface," tambah Firdaus.
Si Penyu sendiri merupakan singkatan dari Sistem Pengelolaan Wilayah Kelautan. Tim ini prihatin terhadap pencemaran laut di Indonesia akibat tumpahan minyak yang tidak ditangani dengan baik. Maraknya pencurian ikan oleh nelayan negara tetangga di wilayah laut Indonesia pun menjadi perhatian mereka.
Mereka berharap dengan adanya Si Penyu, bisa membantu pemerintah memetakan wilayah laut yang tercemar oleh minyak sehingga mudah untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Selain itu, kapal ini dapat memetakan posisi populasi ikan sehingga memudahkan nelayan untuk mencari ikan.
Pendidikan
Kapal Pendeteksi Pencemaran Laut

Kirim Komentar