Puskesmas sebagai pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota memiliki tanggung jawab penting menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Tugas pokok tersebut pastinya perlu mendapat dukungan penuh terutama masalah gigi yang hingga kini masih terpinggirkan.
Dalam kesempatan ini, GlaxoSmithKline (GSK) bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI memberikan penyuluhan terhadap dokter gigi dan masyarakat di wilayah Jateng dan DIY. Sebagai langkah awal, jawatan tersebut melakukan sosialisasi perdana di Puskesmas Depok 3, Sleman, Yogyakarta.
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Arif Wibowo, 25 Puskesmas yang berada diwilayah Sleman dan telah memiliki 25 dokter gigi dan 50 perawat. "Pemda DIY secara keseluruhuhan setidaknya memiliki 121 Puskesmas, wilayah kami, telah memenuhi standar minimal dengan 1 dokter dan 2 perawat per puskesmas," jelasnya.
Sementara itu Head of Expert Marketing GSK, Maria Melisa, mengatakan, tenaga medis dilingkungan Puskesmas penting memberikan edukasi masyarakat untuk mengenali, memahami, serta merawat gigi dan mulut terutama gigi sensitif. "Cara mendeteksi gigi yang sensitif, dampak buruknya hingga solusi apa yang harus diambil pada kasus ini," jelasnya.
Secara umum, data Ipsos Indonesia 2011 menyebutkan 45% penduduk negeri ini mengalami gigi sensitif namun, 52% tidak konsultasi ke dokter, dan 75% belum menanganinya dengan solusi yang benar. "Dengan adanya sosialisasi ini, paling tidak memberikan informasi singkat pada masyarakat untuk lebih perhatian pada gigi yang sensitif," tambah Maria.
Gigi sensitif sendiri merupakan sebuah sensasi rasa sakit yang dirasakan syaraf didalam dentin gigi. Bisa ngilu, seperti tertusuk dan lain-lain. Program penanganan rasa sakit ini perlu dilakukan agar tidak kemudian meluas menjadi abrasi gigi.
Kirim Komentar