Keberadaan gerakan Jogja Bersih Vandalisme mendapat apresiasi Dosen Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Sumbo Tinarbuko. Gerakan ini seperti sebuah sinergi antara Pemkot Kota Jogja beserta lapisan masyarakat guna mengurangi serta mencegah terjadinya vandalisme di banyak sudut yang ada di Kota Jogja. Secara umum, ia mendukung teman-teman street art, mural, gravity untuk tetap mengekspresikan diri di ruang publik sebagai bagian dari orang yang menghias kotanya.
"kota tersebut menjadi lebih berbudaya bila ruang publik ada di tempatnya dan ada pesan menarik didalamnya," ungkap sosok pengurus Dewan Kebudayaan DIY masa bakti 2014-2018 itu pada Tim Gudegnet.
Ia mengatakan, teman-teman seniman tak perlu khawatir, Wali Kota pun telah memberikan peritah ke Satpol PP dan Dintip untuk menindak pelaku vandal yang hanya menandai tembok dengan 3 atau 4 huruf yang seolah-olah menganibal karya-karya street art. Pemerintah kota pun telah memberikan toleransi pada tempat-tempat yang biasanya menjadi lokasi ekspresi seni publik seperti mural, gravity dan street art. "Contohnya di Loji Kecil yang sudah bisa dikategorikan sebagai galeri seni publik," tambahanya.
Secara khusus ia memuji gerakan komunitas Warga Berdaya yang sebelumnya pada Kamis (15/05) telah melakukan pembersihan di Tailor Pini Tugu Jogja. Menurutnya, telah ada kesadaran teman-teman komunitas yang mencintai kotanya dan segera melakukan aksi akan dampak vandalisme terutama pada bangunan bersejarah. "Mereka secara swadana membersihkan bangunan itu agar tetap terjaga," tukasnya.
Sebagai salah seorang dosen DKV, ia pun mengkritik pemerintah tidak hanya sebatas melakukan tindakan vandalisme namun juga harus dibarengi dengan gerakan membersihkan sampah visual. "Iklan komersial misalnya, kelihatanya masih belum ke arah sana. saya mendorong wali kota agar tidak hanya konsentrasi pada vandalisme tapi juga pada aturan regulasi perda iklan luar ruang," tutupnya bersemangat.
Sosial Ekonomi
Sumbo Tinarbuko Kritisi Iklan Luar Ruang

Kirim Komentar