Sempitnya lahan permukiman yang ada di DIY kini menjadi masalah pelik yang harus segera diselesaikan. Konsep orang Jawa dengan Ngomah yang harus Ngambah Lemah kini sedikit demi sedikit harus dirubah pola pikirnya karena tanah kini semakin sempit dan jumlah manusia yang terus bertambah.
"Pertumbuhan properti dalam 5-10 tahun ke depan diperkirakan akan berada diwilayah barat dan timur DIY, yaitu Kulon Progo dan Prambanan bahkan Klaten," jelas ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) terpilih, Andy Wijayanto saat bertemu dengan rekan-rekan media di Hotel Inna Garuda kemarin.
Ia menjelaskan bahwa tipisnya lahan di wilayah Sleman dan Kota Yogya yang selama ini cenderung menjadi pusat pertumbuhan pemukiman tidak dapat terus ditingkatkan mengingat akan menemukan titik jenuh. Konsep yang harus dibangun saat ini adalah regulasi serta upaya zonasi wilayah.
Zonasi ini maksudnya adalah konsep peraturan dalam upaya mengatur penataan kawasan dengan ketentuan yang jelas berikut regulasi dari pemerintah daerah setempat. Termasuk di antaranya kejelasan wilayah mana saja yang dikategorikan kawasan hijau, kawasan industri, dan kawasan pemukiman.
Kedepannya, REI DIY akan melakukan transformasi kultural pada masyarakat di DIY. Sempitnya lahan hanya dapat diatasi dengan konsep vertical house. Sehingga kurun waktu antara 10 - 20 tahun kedepan rumah dengan konsep seperti ini akan lebih dikembangkan.
"Namun konsep ini bukan tanpa masalah. Jogja masih memiliki regulasi ketinggian hunian, image vertical house yang selalu dihubung-hubungkan dengan kalangan kaya seakan-akan masih menjadi ketakutan, kedepan kami akan mengembangkan konsep vertical house untuk masyarakat menengah kebawah agar semua pihak dapat menjangkaunya," tambahnya.
Ia pun berharap ada upaya penyatuan pemikiran antara pihak swasta dan pemda agar dapat memenuhi kebutuhan hunian untuk masyarakat DIY.
Kirim Komentar