Peserta Nyete Tak Cuma dari Kalangan Lelaki, Perempuan pun Penasaran Ingin Belajar
Banyak diantara kita yang mungkin sudah lupa cara melukis sebatang rokok filter dengan menggunakan kopi bubuk. Tim GudegNet mencoba mengulik lebih dalam tradisi Nyete yang konon katanya berasal dari kawasan Pantura itu.
Kami menemui sosok penggiat Komunitas Kretek Yogyakarta, Jibal Windiaz yang baru saja selesai memberikan tips & trik Nyete diacara Biennale Equator yang berakhir Senin lalu di Desa Panggungharo, Sewon, Bantul.
"Nyete merupakan budaya Indonesia yang membuat orang menjadi guyub, aktivitas ini dapat dijadikan sebagai salah satu 'alat' alternatif untuk itu, uniknya aktivitas ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk bertukar pikiran," jelas Windiaz, sapaan akrabnya.
Penyatuan antara kopi dan filter bisa dibilang sangat layak untuk untuk dibangun bahkan dilestarikan. Windiaz menganggap bahwa harmoni yang tercipta dari dua unsur tersebut tentunya dapat mempertahankan tradisi yang sebenarnya telah terjadi diberbagai lintas generasi.
Agar dapat melakukan seni melukis melalui media kanvas filter, ia mengaku hanya menggunakan kopi jenis robusta yang biji kopinya digiling hingga 7 kali sampai bubuk kopi benar-benar halus seperti layaknya bedak. Untuk jenis filternya sendiri, ada sejumlah merk yang tak dapat disebutkan melalui media ini.
Secara universal, dunia memiliki kecenderungan standarisasi yang tentunya pun ada sebuah harapan yang ingin segera terwujud. "Kami ingin tradisi ini bisa dikenal masyarakat dunia sebagai tradisi asli dari Indonesia, kebiasaan asli dari orang kita," tutupnya ramah.
Kirim Komentar