Saat ini Sleman memiliki satu lagi potensi yang bisa dikembangkan sebagai objek wisata. Namanya mina tani.
Secara sederhana, mina tani berarti bercocok tanam, baik padi atau palawija di sawah sambil beternak ikan. Tata letaknya, satu sisi digunakan bertani, sedangkan di bagian yang lain pembibitan atau pembesaran benih ikan.
Bersama pemerintah dan lembaga pertanian internasional Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), anggota masyarakat di dusun Kandangan, Margodadi serta Cibuk Kidul, Margoluwih, Sleman, Yogyakarta mulai mengembangkan pertanian metode ini sejak 2010.
Meskipun baru mulai, teknik ini terbukti menguntungkan. Menurut data yang diterima tim gudeg.net, pada periode Mei sampai Agustus 2015, total biaya yang dikeluarkan Rp. 8.660.000. Sedangkan pendapatannya Rp. 13.978.000. Keuntungan yang diperoleh Rp. 5.318.000.
Dari target produktivitas padi sebesar 7,3 ton per hektar, para petani berhasil menghasilkan 9,2 ton. Sedangkan untuk ikan, dari harapan mencapai produksi ikan 500 kg per 1000 m2, terlampaui menjadi 541 kg per 1000 m2.
Selama proses budidaya serta bercocok-tanam tersebut, ada dua kelompok yang berperan antara lain Mina Makmur serta Murakabi.
Padi yang ditanam varietas Ciherang dan ikan Nila. Sistem tanamnya menggunakan cara Jajar Legowo dengan komposisi 2 : 1 dan mina padi kolam dalam.
Proses penebaran benih ikan dilakukan mulai 5 sampai dengan 24 Oktober 2015 berjumlah 7,8 ton atau sejumlah 312.000 ekor. Sedangkan padi yang ditanam 1,25 ton. Target produksinya 7,5 ton / Ha GKP (Gabah Kering Panen) dan 50 ton ikan nila ukuran konsumsi.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ir. AA Ayu Laksmidewi, TP, MM, mina tani menjadi tawaran wisata baru. “Saat ini saja kalau sore sudah banyak yang melihat-lihat ikan disini.”
“Selain unik, wisata ini (mina tani) juga memberi efek terapi,” katanya. “Setelah melihat-lihat ikan biasanya perasaanya akan lebih tenang.”
Kirim Komentar