Jangan dikira kalau sabut kelapa tak berguna, buktinya warga Dusun Gunung Kukusan, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta, ini mampu membuat bantal bernama O (O) Coco yang bahan utamanya berasal dari pengolahan limbah sabut kelapa. Demikian informasi tersebut disampaikan oleh Fikri Muhammad, mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UGM yang turut memberikan bimbingan teknologi kepada warga setempat untuk mengolah sabut kelapa.
“Sabut kelapa di Gunung Kukusan berlimpah, produk sisa penjualan buah kelapa ini hanya ditumpuk dan menjadi sampah. Belum ada yang memanfaatkannya menjadi barang yang bernilai ekonomis," jelas Fikri.
Bersama 4 rekannya yakni Yofrizal Alfi, Yulisyah Putri Daulay, Putu Sri Ronita Dewi, dan Verna Ardhi Hafsari mereka memberikan pelatihan kepada warga mengenai kabar baik ini. Program yang berlangsung semenjak maret 2016 ini mengajak warga untuk mengolah sabut kelapa menjadi barang yang memiliki tingkat ekonomis tinggi.
Sabut kemudian dibuat coco fiber yang berfungsi untuk pengisi bantal/guling, pembuatan sarung bantal/guling, dan pemasaran produknya. Disamping memberikan pelatihan, mereka juga melakukan pendampingan dalam pelaksanaan program.
Cara membuat O Coco ternyata melalui beberapa tahap. Diantaranya yakni serabut kelapa direndam selama 3 hari, pemisahan serabut kelapa dengan serbuk halus, proses penghancuran sabut kelapa serta saat setelah diperoleh coco fiber, bahan ini diberi tambahan aroma terapi seperti kayu manis atau cengkeh yang kemudian dikeringkan.
Melalui pemanfaatan limbah ini dan setelah menjadi bantal serta guling, coco fiber bisa memiliki nilai ekonomis dengan harga jual antara Rp30 ribu - Rp40 ribu sesuai dengan desain dan ukuran.
"Dari kegiatan ini, kami pun terus membantu menjualkan produk secara online marketing via media sosial dan mengikuti berbagai macam pameran," tutupnya ramah.
Kirim Komentar