Jogja, www.gudeg.net - Kehabisan tiket kereta api jelang Lebaran memang bikin deg-deg-an. Tenang saja, meski begitu masih ada transportasi alternatif agar esok acara silaturahmi ke handai taulan tetap jalan.
Gabriel Tito, pengelola jasa angkutan darat, mengatakan bis pariwisata bisa menjadi moda transportasi yang diandalkan. Meski harganya relatif lebih tinggi, namun kendaraan itu tingkat keselamatannya jauh lebih baik. “Ketimbang naik motor,” katanya. “Itu karena ada risiko kecelakaan yang sangat besar.”
Mengutip dari laman kompas.com, tahun 2015 terjadi kecelakaan sebanyak 3.049 kasus.Terjadi penurunan sebesar 21,5 persen ketimbang 2014 yang mencapai 3.888 kasus.
Penurunan itu juga berefek pada jumlah korban meninggal dunia. Dimana tahun 2015 korban jiwa sebanyak 657 orang. Sedangkan 2014 pemudik yang tewas di jalan hingga 714 orang.
Selain faktor keselamatan, pengguna bis pariwisata juga merasa lebih nyaman. “Istilahnya door to door,” katanya. “Bis (pariwisata) ini akan menjemput di lokasi yang diinginkan. Waktunya pun fleksibel.” Menurutnya, semua item dilaksanakan sesuai pesanan pemudik.
Saat disinggung biaya, Tito mengamini jika moda ini harganya lebih mahal. “Meskipun naik kereta api, kalau menyewa gerbong khusus ya biayanya lebih tinggi,” katanya.
Ia memberi ilustrasi sederhana. Semisal ada pemudik yang menyewa bis bersama keluarganya dari Jogja ke Surabaya. Berangkat Jumat malam dan diperkirakan sampai Surabaya pada Sabtu dini hari. Biaya bis dihitung selama durasi pemakaian. “Kalau kasusnya seperti itu artinya dua hari,” ia menjelaskan.
Sebagai contoh, satu hari pemakaian biayanya Rp. 2.000.000,00. Maka total jenderal pemudik membayar sebesar Rp. 4.000.000,00. “Itu biaya mengantar saja,” katanya. “Berarti kalau besok waktu arus balik harus menjemput, tinggal dikali dua.”
Jika sebuah mikro bis berkapasitas 33 penumpang, maka setiap orang membayar biaya total sebesar Rp. 242.424,00 sebagai ongkos antar jemput. “Itu dari angka delapan juta dibagi 33 orang,” jelasnya.
“Bedanya ya itu. Aman. Ngga perlu takut ngantuk atau gimana-gimana,” katanya. “Selama satu jalur, bisa mampir beli oleh-oleh lagi.”
Kirim Komentar