Gudeg.net - Pak Wawan, penjual kue gandos di perempatan Tamansari, Jalan Nagan Kulon, Yogyakarta, sudah berjualan selama puluhan tahun. Hingga kini kue gandosnya tetap menjadi jajanan favorit.
Adonan kue ini terbuat dari gandum dan kelapa. Setelah dipanggang dalam cetakan selama kurang lebih lima menit, kue siap dihidangkan.
Kue ini gurih dan asin, paling nikmat disantap hangat-hangat. Pak Wawan menyiapkan gula pasir untuk pembeli yang ingin kue gandos manis.
Pak Wawan mulai berjualan di Yogyakarta sejak tahun 1990. Sebelumnya, sejak tahun 1976 ia telah berjualan di banyak daerah seperti Semarang, Magelang, Jepara, Demak, Kudus, Surabaya, Banyuwangi. Bahkan pernah juga ia berjualan di Kalimantan.
"Di Jogja jualannya lancar. Kalau dulu, dua bulan tiga bulan pindah. Kalau di sini pembeli nggak bosen, tiap hari ada," tutur pria asli Tasikmalaya ini.
Gandos Pak Wawan - Gudegnet/ Wirawan Kuncorojati
Ketika awal berjualan dulu, dua buah kue gandos ia jual seharga Rp 5. Kini, harga sepuluh kue gandos Rp 7000.
"Dulu 'kan ngetrennya gandos, tahun '76 itu. Belum ada mie ayam, belum ada apa-apa. Sekarang kan macem-macem makanan ada," katanya ketika berbincang dengan Gudeg.net, Kamis (12/3).
Pak Wawan menceritakan, kue gandos berasal dari Tasikmalaya. Dulu di kampungnya terdapat banyak penjual kue ini. "Aslinya dari sana. Gandos itu cara orang sini. Orang sana namanya bandros, pancong. Namanya banyak, tiap daerah namanya lain. Ada yang rangin," tuturnya.
Ia berjualan mulai pagi hari. "Buka jam lima pagi, habis subuh. Belum ada orang lewat," ucap ayah empat anak ini. Biasanya dagangannya habis sekitar pukul 8.30.
Sebelum berjualan, ia menyiapkan adonan mulai pukul 3.00. Ia memarut kelapa sendiri, tak mengambil dari pasar. Setiap berjualan ia membawa 6 kg adonan.
Pak Wawan libur berjualan di hari Senin. Untuk yang ingin mencicipi jajanan lawas ini, jangan kesiangan, karena kue ini cepat habis diburu pelanggan.
Kirim Komentar