Gudeg.net – Tujuh seniman-perupa dari kelompok seni Daun Gatal menggelar pameran bersama di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Dengan mengangkat tajuk “Homo, Jagad Owah Gingsir” ketujuh seniman mempresentasikan karyanya.
Pameran dibuka oleh Mery pemilik Galeri Pandega, Rabu (6/7) malam.
Ketujuh seniman-perupa tersebut adalah Andi Hansal, Muhammad Toyib, Chrisna Banyu, Ign. Dicky Takndare, M. Fadhlil Abdi, Phaksi Kharisma Dewa dan Risao Pambudi.
Dua figur anak kecil bertelanjang dada menutupi wajah-kepala dengan kertas-plastik pembungkus makanan cepat saji bertuliskan “No. 1 Fried Chicken”. Realitas hari ini pola-jenis makanan sudah mengalami perubahan. Atas dasar efisiensi waktu, makanan cepat saji (fast food) menjadi pilihan banyak orang meskipun tidak jarang menyimpan potensi berdampak pada kesehatan karena turut memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Dampak lain tidak jarang mendorong pola relasi antarmanusia yang semakin mekanis, cepat, instan. Ukurannya lebih pada efektivitas-efisiensi.
Imbalance – cat akrilik di atas kanvas – 150x150 cm – M. Fadhil Abdi – 2022 (Foto: Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Connected – cat akrilik di atas kanvas dan kulit kayu – 170x130 cm – Ignasius Dicky Takndare – 2020 (Foto: Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Menarik ketika pada karya berjudul ‘Food Displacement’ dalam medium mix media di atas kanvas berukuran 110 cm x 150 cm, Toyib menuliskan kalimat singkat ‘Sekarang semua itu harus cepat’ di bagian depan lukisan dimana perubahan pola tersebut langsung ataupun tidak langsung telah dipelajari sejak usia dini.
Satu karya instalasi yang berisi barang bekas sampah plastik dari lingkungan sekitarnya karya Phaksi Kharisma Dewa berjudul Awas Galak terpajang di tengah ruang pamer Bentara Budaya Yogyakarta. Karena kepraktisannya, plastik banyak digunakan sebagai pembungkus apapun menyimpan potensi sampah yang sulit terurai di alam.
Realitas hari ini plastik kemasan seolah menjadi sebuah keharusan dalam banyak pemakaian sehari-hari. Disadari ataupun tidak, ketika plastik kemasan tersebut menjadi sampah di alam adalah sebuah ancaman nyata mengingat lamanya terurai secara alami. Sampah plastik memerlukan waktu yang beragam agar dapat terurai di alam. Kantong plastik (kresek, plastik bungkus) memerlukan waktu antara 10-12 tahun untuk terdaur ulang.
The Melody of Emphaty (paling kanan) – Andy Hansal (Foto: Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Di berbagai media massa kerap disajikan berita-berita tentang kematian binatang laut akibat tidak sengaja menelan sampah plastik. Beberapa waktu lalu di perairan Thailand ditemukan mati karena menelan 80 bungkus plastik seberat 8 kilogram. Bahkan dalam pencernaan yang mengandung asam pun plastik tidak bisa terdekomposisi. Bisa dibayangkan sekiranya material plastik tersebut masuk dalam sistem pencernaan manusia. Bukan sekedar mengganggu sistem pencernaan namun juga mengganggu metabolisme tubuh lainnya.
Dalam tema Jagad Owah Gingsir yang dimaknai bahwa dunia senantiasa berubah, ketujuh seniman memamerkan 2-3 karya. Tafsir ulang atas perubahan tersebut menghadirkan refleksi dari para seniman dalam melihat perubahan yang terjadi baik secara personal maupun impersonal, dimana perubahan menjadi unsur yang mendasar bagi kelangsungan hidup berkesenian yang senantiasa dinamis.
Pada satu dinding dipajang secara bersama-sama karya-karya ukuran kecil.
Dinding pajang bersama kelompok Daun Gatal (Foto: Moh. Jauhar Al-Hakimi)
“Itu hasil dari live painting yang dilakukan teman-teman Daun Gatal secara rutin setiap minggu untuk menjaga semangat berkesenian diantara kesibukan masing-masing.” jelas salah satu anggota Daun Gatal, Ignasius Dicky Takndare.
Pameran bersama “Homo, Jagad Owah Gingsir” di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto No. 2A Yogyakarta berlangsung 6-13 Juli 2022.
Kirim Komentar