Tahun ini, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerjasama dengan School of Archeology and Anthropology Australian National University (ANU) kembali menyelenggarkan Yogyakarta Kampung Field School (YKFS) untuk kedua kalinya di 10 kampung di Kota Yogyakarta.
Dari 10 kampung tersebut, sebagian adalah kampung yang pada tahun lalu juga menjadi sasaran penelitian, tapi sebagian lainnya merupakan kampung baru yang dipilih berdasarkan sejumlah kriteria.
Kesepuluh kampung yang akan menjadi sasaran kedua mahasiswa nanti antara lain adalah Ledok Tukangan, Bumen, Samirono, Pandeyan, Badran, Sidomulyo, Code Gondolayu, Minggiran, Kricak, dan Dolahan.
Sekitar 40 mahasiswa dari kedua universitas tesebut akan mempelajari dan kemudian mencari potensi yang ada di 10 kampung tersebut pada 30 Juni hingga 15 Juli mendatang.
"Kami memilih kampung yang baru seperti Bumen dan Kricak karena kami menganggap kampung tersebut saat ini benar-benar memerlukan bantuan untuk mengoptimalkan potensi mereka," kata koordinator YKFS II, Paulus Bawole di Ruang LPPM UKDW, Kamis (8/7).
Paulus menyatakan, yang membedakan kegiatan kali ini dengan tahun lalu adalah jika pada tahun lalu YKFS hanya bertujuan untuk mencari karakter kampung dan potensi yang dimiliki, YKFS II akan lebih menitikberatkan pada usaha peningkatan ekonomi masyarakat kampung serta kesehatan lingkungan.
"Nanti kami akan lebih fokus kepada masalah ekonomi mikro dan kesehatan lingkungan. Contohnya bagaimana masyarakat ternyata memanfaatkan septictank komunal dll," paparnya.
Pada pelaksanaannya kali ini, Paulus mengaku akan mengubah sejumlah strategi yang dilakukan pada YKFS tahun lalu yang ternyata tidak berhasil. "Pada tahun lalu kami mengundang masyarakat kampung untuk hadir ke kampus, tapi hal itu ternyata tidak berhasil. Mungkin mereka mengira kampus bukan tempat yang tepat buat mereka," ujarnya.
Untuk itu, pada YKFS II pihaknya akan menerapkan pendekatan lain yang menurutnya akan lebih efektif. "Nanti kami akan memperkenalkan Teknologi Informasi (TI) kepada masyarakat kampung," terangnya.
Selain itu, YKFS II juga akan memahami kearifan lokal serta tentunya menggali potensi masing-masing kampung untuk nantinya bisa menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menjalankan program pembangunan berbasiskampung.
Dari 10 kampung tersebut, sebagian adalah kampung yang pada tahun lalu juga menjadi sasaran penelitian, tapi sebagian lainnya merupakan kampung baru yang dipilih berdasarkan sejumlah kriteria.
Kesepuluh kampung yang akan menjadi sasaran kedua mahasiswa nanti antara lain adalah Ledok Tukangan, Bumen, Samirono, Pandeyan, Badran, Sidomulyo, Code Gondolayu, Minggiran, Kricak, dan Dolahan.
Sekitar 40 mahasiswa dari kedua universitas tesebut akan mempelajari dan kemudian mencari potensi yang ada di 10 kampung tersebut pada 30 Juni hingga 15 Juli mendatang.
"Kami memilih kampung yang baru seperti Bumen dan Kricak karena kami menganggap kampung tersebut saat ini benar-benar memerlukan bantuan untuk mengoptimalkan potensi mereka," kata koordinator YKFS II, Paulus Bawole di Ruang LPPM UKDW, Kamis (8/7).
Paulus menyatakan, yang membedakan kegiatan kali ini dengan tahun lalu adalah jika pada tahun lalu YKFS hanya bertujuan untuk mencari karakter kampung dan potensi yang dimiliki, YKFS II akan lebih menitikberatkan pada usaha peningkatan ekonomi masyarakat kampung serta kesehatan lingkungan.
"Nanti kami akan lebih fokus kepada masalah ekonomi mikro dan kesehatan lingkungan. Contohnya bagaimana masyarakat ternyata memanfaatkan septictank komunal dll," paparnya.
Pada pelaksanaannya kali ini, Paulus mengaku akan mengubah sejumlah strategi yang dilakukan pada YKFS tahun lalu yang ternyata tidak berhasil. "Pada tahun lalu kami mengundang masyarakat kampung untuk hadir ke kampus, tapi hal itu ternyata tidak berhasil. Mungkin mereka mengira kampus bukan tempat yang tepat buat mereka," ujarnya.
Untuk itu, pada YKFS II pihaknya akan menerapkan pendekatan lain yang menurutnya akan lebih efektif. "Nanti kami akan memperkenalkan Teknologi Informasi (TI) kepada masyarakat kampung," terangnya.
Selain itu, YKFS II juga akan memahami kearifan lokal serta tentunya menggali potensi masing-masing kampung untuk nantinya bisa menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menjalankan program pembangunan berbasiskampung.
Kirim Komentar