
Berlokasi di Pusat Kebudayaan
Indonesia - Belanda (Karta Pustaka) Jl. Bintaran Tengah No. 16 Yogyakarta, Ki
Ledjar bercanda dengan para tamu dan rekan media di Joglo Karta Pustaka. Sifat
beliau yang riang, membuat para tamu ingin berbincang dengan sosok laki-laki
tua yang kini telah berumur 73 tahun tersebut.
Kedatangan beliau di Karta Pustaka
bukan tanpa tujuan, melainkan beliau ingin memperkenalkan wayang Willem Van
Oranje yang menurut orang Belanda mendapatkan ruang istimewa dihati. Pangeran
Willem Van Oranje sering dikenal sebagai Bapak Bangsa. Pada awalnya ia menjadi
Gubernur untuk Raja Spanyol namun kemudian,Willem menentang dan sekaligus
memimpin pemberontakan melawan penguasa Belanda-Spanyol yang dikenal dengan
Raja Philips II.
Kisah seperti inilah yang membuat
beliau ingin menciptakan wayang yang bercerita mengenai Pangeran Willem Van
Oranje. Ki Ledjar Soebroto sendiri sejak tahun 1980 hingga kini telah membuat
kreasi berbagai bentuk Wayang Kancil dalam jumlah ratusan. Selain wayang kreasi
ciptaannya itu juga dimainkan, sebagai salah satu upaya beliau melestarikan dan
mengembangkan seni Wayang Kancil yang sudah hampir punah.
Ditahun 1980-an beliau pernah mendirikan stand wayang di Negeri Belanda, saat itu lokasi pamerannya berdekatan dengan stand pameran Museum Prinsenhof, dari pertemuan dengan salah seorang tokoh disana, beliau mulai mendapatkan pesanan membuat wayang dengan wajah-wajah orang Belanda yang kegiatan itu sudah dimulai dari tahun 1987.
Wayang Willem Van Oranje merupakan maha karya Ki Ledjar Soebroto yang secara khusus dipesan oleh Museum Nusantara yang berlokasi di Belanda. ki Ledjar membuat desain wayang sesuai dengan lukisan-lukisan wajah para tokoh yang terdapat pada cerita sejarah perjuangan Willem yang sudah berumur ratusan tahun, dan selama ini masih tersimpan didalam koleksi Pronsehof Museum Belanda. Selain membuat desain karakter para tokoh, Ki Ledjar juga mendesain beberapa wayang berupa artefak peninggalan sejarah yang berada di kota Delft Gereja (Nieuwe Kerk), tempat Pangeran Willem dan para raja Belanda dimakamkan.
Mengenai proses kreatif Wayang Willem Van Oranje ini, awalnya beliau mendapat inspirasi visual dari lukisan serta foto yang dibawakan oleh Prof Hedi Hinzler seorang wanita berkebangsaan jerman yang menetap di Belanda dan kini berprofesi sebagai Guru Besar Purbakala Asia di Universitas Leiden Belanda. Wanita yang sudah berumur 68 tahun ini piawai dalam mengajar Bahasa Jawa Kuno. Hal yang perlu kita perhatikan adalah kejeniusan beliau akan pendidikan Bahasa Jawa.
Prof Hedi Hinzler bertemu dengan Ki Ledjar atas rekomendasi dari Mr Otto Van Dermieden yang merupakan kepala Museum di kota Vourte Belanda. Akhirnya pada saat tahun 2008, Ki Ledjar diundang untuk mengisi acara pameran di DeenHag Belanda. Kerjasama itu terjalin hingga sekarang dan akhirnya Ki Ledjar mendapatkan kesempatan untuk membuat Wayang Willem Van Oranje ini.
12 Maret mendatang, Ki Ledjar akan berkunjung ke Belanda untuk mengikuti pembukaan pameran serta pementasan perdana Wayang Willem Van Oranje dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Beliau selama 3 bulan persiapan ini, kemudian harus menyelesaikan beberapa penokohan wayang yang belum selesai. Biasanya beliau bekerja hingga larut dan tidur saat fajar datang. "Alhamdulilah saya diberikan kesehatan oleh Allah, biasanya kalau sakit cuma pilek saja, paling minum obat sudah sembuh" begitu celoteh beliau saat ditanya rekan media mengenai proses pembuatan wayang tersebut.
Wayang yang mengisahkan perjuangan Pangeran Willem ini, menjadi media pendidikan anak-anak untuk lebih memahami sejarah Belanda. Selain dalam bentuk wayang yang nantinya dipamerkan, juga disertai pemutaran film animasi Wayang Willem Van Oranje yang dibuat oleh Ananto Wicaksono yang merupakan cucu Ki Ledjar Soebroto.
Kirim Komentar