Pertanyaan
Selamat pagi rekan-rekan gudeg.net yang baik,
Sudah lama saya tidak membaca rubrik konsultasi tentang parenting. Semoga rubrik asuhan Aisha ini hidup dan berjalan kembali. Kami, sebagai orang tua benar-benar merasakan manfaatnya.
Saya memiliki anak usia 4 tahun. Saat ini ia sudah lancar berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. Namun, sejak kecil ia terbiasa diasuh kakek dan neneknya selama saya dan suami bekerja. Yah, tahu sendiri. Kakek dan nenek menganggap cucu itu seperti kristal yang tidak boleh terluka apalagi pecah. Nah, saking sayangnya anak saya kalau menangis karena meminta sesuatu langsung dituruti.
Sikap itu terus berulang. Bahkan, terbawa sampai ke rumah. Saya jadi bingung sendiri. Apa yang semestinya kami lakukan dan terapkan kepada anak? Lalu, penjelasan seperti apa yang bisa kami terangkan kepada kakek dan neneknya?
Kami tunggu jawaban dari rekan-rekan AISHA yang baik.
Salam,
Sanny, tinggal di Patangpuluhan
Jawaban
Selamat siang Ibu Sanny di Patangpuluhan,
Bagaimana kabar keluarga disana? Semoga selalu diberi kesehatan dan diselimuti kebahagiaan.
Iya memang benar bu, sebagian besar kakek dan nenek akan sangat sayang kepada cucunya bahkan melebihi kepada anaknya. Apalagi jika cucunya masih kecil seperti anak ibu, sedang lucu-lucunya. Mereka akan sangat menyayangi, menjaga dan sebisa mungkin tak membuat cucunya kecewa. Jadi tak heran jika mereka melakukan apapun untuk kebahagiaan cucunya. Namun tak jarang dari mereka yang terlalu menyayangi dan menunjukkan wujud kasih sayangnya dengan cara yang berlebihan dan kurang mendidik, yang penting cucu senang, cucu tidak menangis, dan cucu betah bersama mereka.
Kita tidak bisa menyalahkan kasih sayang mereka yang berebih pada anak kita, namun kita perlu menyampaikan pada mereka bahwa terlalu memanjakan anak berpotensi menimbulkan dampak negative pada diri anak tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Namun perlu diperhatikan, kita harus berhati-hati dalam menyampaikan hal tersebut, jangan serta merta langsung melarang mereka memanjakan anak kita, hal tersebut justru dapat memperburuk suasana, mereka akan merasa kecewa dan menganggap “kok menyayangi cucu tidak boleh”. Jadi kita harus pelan-pelan dalam menyampaikannya agar mereka dapat menerima masukan kita dengan nyaman dan legowo.
Mungkin ibu bisa mengobrol, sharing, dengan anggota keluarga termasuk dengan kakek nenek. Sampaikan atau curhatkan apa yang terjadi pada anak ibu yang menggunakan tangisannya sebagai senjata ampuhnya. Kemudian jangan semata-mata menyalahkan kakek neneknya menjadi penyebab dari sikap anaknya itu. Mungkin saja ibu atau ayah si anak juga terlalu memanjakan anak. Nah jika sudah masuk ke pembicaraan itu, sampaikanlah jika terlalu memanjakan anak itu tidak baik. Sekali-kali boleh lah memanjakan anak sebagai wujud kasih sayang kita, namun jangan sampai berlebihan. Jika dari kecil anak terbiasa dimanja, segala sesuatu yang ia inginkan harus terpenuhi, itu akan tidak baik untuk masa depannya. Ia akan terbiasa diladeni dan kurang mandiri serta akan sulit menerima kenyataan jika keadaan tak sesuai yang ia harapkan.
Selain itu kita juga bisa memberikan contoh-contoh anak yang dibesarkan dengan “dimanja” dan contoh anak yang terbiasa dididik mandiri dan tegas.
Nah, setelah itu kita bisa membuat kesepakatan bersama dengan tiap-tiap anggota keluarga termasuk kakek nenek, pola asuh seperti apa yang akan diterapkan bagi si anak. Kita jangan hanya melihat kebutuhan dan keinginnya saat ini namun harus memperhatikan masa depannya. Karena masa kanak-kanak adalah masa emas pembentukan karakter seseorang.
Semoga dengan sharing tersebut kakek nenek akan mengerti dan dapat mengambil sikap, dan semoga mereka memahami bahwa menyayangi tak harus dengan memanjakannya. Menyayangi adalah memberikan kasih sayang dan memberikan yang terbaik baik untuk masa sekarang atau masa depannya nanti, jangan sampai mengancam masa depannya.
Kemudian apa yang semestinya dilakukan dan diterapkan pada anak?
Pertama kita harus bisa tegas, tegas bukan berarti keras, maksudnya kita harus bisa memilah mana keinginan anak yang harus dipenuhi atau tidak. Biasakan untuk tidak menuruti semua maunya, agar anak terbiasa bahwa tidak semua keinginannya harus terpenuhi, bahkan ketika mereka sudah menangis pun kita harus tetap teguh untuk tidak selalu menurutinya, karena jika ketika mereka menangis dan berhasil membuat keinginannya terpenuhi, mereka akan menjadikan tangisan itu senjata.
Ya mungkin kita akan tidak tega melihat anak menangis, atau jika di keramaian kita akan malu dilihat orang-orang ketika kita membiarkan anak menangis, namun bertahanlah sahabat, malu sebentar tidak apa-apa, daripada kita menurutinya justru akan menjadi kebiasaan.
Ketika kita menolak/melarang sesuatu, kita harus memiliki alasan yang kuat dan dapat dimengerti anak. Atau kita memiliki pengalihan hal lain yang dapat membuat perhatian anak teralihkan. Misalnya ketika anak meminta es padahal mereka baru saja sakit, kita jangan melarang tanpa alasan atau malah menakut-nakuti “adek jangan es, nanti disuntik dokter”. Mungkin kita bisa menyampaikan “adik, minum es nya lain kali ya, kalau sekarang minum es nya adik bisa batuk, nanti gak bisa main-main sama teman. Nanti bunda buatkan jus buah saja ya yang segar dan sehat. Adek mau buah apa? Jeruk? Atau nanas seperti rumahnya spongebob? Nanti kita buat jus bersama-sama.
Sesekali kita bisa memberi reward pada anak. Sesekali beri pujian atau hadiah kecil bagi anak karena telah menjadi anak manis yang tidak suka menangis dan mau menurut.
Ya semoga anak ibu tumbuh menjadi anak yang mandiri, yang mau mengerti, sehat dan ceria selalu, serta tidak ada lagi senjata tangisan :) :)
Nah itu tadi sedikit yang bisa Aisha sampaikan, semoga bermanfaat bagi Ibu Sanny dan pembaca Gudeg.net
Salam
Aisha Parenting
www.aishaparenting.com
@twit_aisha
"We strive to engage mindful parents to develop good reading and eating habits, as well as to stimulate creativity at home"
Kirim Komentar