Cepat atau lambat hari raya Lebaran tiba juga. Momen penuh syukur itu juga menjadi ajang silaturahmi. Namun, tahukah kamu, ada saja orang-orang yang males bersilaturahmi. Alasannya macam-macam. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak rangkuman tim gudegnet di bawah ini:
#1 Golongan Single atau Telat Nikah
Yang termasuk golongan ini adalah laki-laki atau perempuan yang sampai usia di atas 25 tahun belum menikah juga. Kata “telat” sendiri maknanya sangat relatif. Meski begitu, seringkali mereka yang sudah bekerja, punya rumah dan kendaraan sendiri dianggap “telat” saat belum punya pasangan.
Ada pertanyaan yang paling nyesek: kapan kawin. Pertanyaannya gampang. Jawabannya sulit setengah mati. Bagaimanapun juga kawin bukan perkara waktu. Tapi juga masalah kesiapan dan lain-lain. Pokoknya rumitlah. Jadi, bapak-ibu, sodara-sodara semua, please, jangan cuma tanya kapan kami kawin, tapi tanyakan kepada diri sendiri: kapan siap membiayai dan mana pasangan yang ideal buat kami.
#2 Golongan Telat Lulus
Nah, ini dia golongan kedua yang kemungkinan besar malas buat ikutan acara silaturahmi. Buat kamu yang belum lulus padahal sudah melewati batas waktu bisa jadi milih mancing atau main Tamiya ketimbang ikutan momen bermaaf-maafan. Alasannya sederhana saja: malas ditanya kapan lulus. Benar kan?
Padahal, mereka yang bertanya belum tentu butuh jawaban. Cukup anggukan kepala ditambah senyum manis bereslah sudah. Setiap orang yang pernah kuliah dan skripsinya molor tahu benar bahwa lulus itu sulit dan butuh perjuangan. Kadang dosennya ke luar negeri, luar pulau lagi ada urusanlah. Pokoknya banyak deh variabelnya.
Buat kamu yang terjebak di dalam pelukan “Batman” coba deh berpikir positif. Anggap saja mereka yang bertanya itu ialah makhluk Tuhan yang penuh perhatian dan kasih sayang. Tentunya di hari yang fitri itu jadi awal yang indah supaya segera selesai yang namanya skripsi.
#3 Golongan Job Selector
Nah, apalagi yang ini. Kalau dua golongan sebelumnya, aksi penanya hanya berlangsung singkat, tapi untuk yang ini beda. Biasanya diawali dengan pertanyaan: sekarang kerja dimana?
“Baru resign om. Saya sekarang lagi cari kerjaan lain.”
“Loh, bukannya yang kemarin sudah mantap perusahaannya.”
Percayalah, obrolan ini kalau diteruskan bisa sampai Lebaran 2017. Lebih baik bilang saja terima kasih. Semoga perusahaan yang baru lebih baik. Lalu, alihkan ke obrolan lainnya atau pamit mau ambil lontong opor.
#4 Golongan Belum Punya Momongan
Percaya atau tidak, bisa jadi kamu juga mengalami. Mereka yang sudah menikah dan belum dikaruniai momongan pasti males banget jawab pertanyaan: kapan diberi momongan? Tahu ngga sih, pertanyaan itu aneh.
Alasannya sederhana. Pertama, tidak ada pasangan melebihi Tuhan. Siapa sih yang bisa menentukan waktu kapan diberi momongan atau tidak. Sehebat-hebatnya dokter kandungan tidak akan sanggup memastikan kapan seorang istri bakalan melahirkan.
Kedua, ini hak prerogatif Tuhan. Banyak pasangan yang jungkir jempalik ingin punya momongan tapi belum diberi. Ada juga yang menolak, eh dikasih juga. Gampangnya: terserah dong mau dikasih apa tidak. Manusia hanya bisa memohon dan berusaha. Lagi-lagi hanya Tuhan-lah yang menentukan.
Ketiga, setiap pasangan punya rahasianya sendiri-sendiri. Ada perempuan yang kandungannya bermasalah. Ada yang pilih karir ketimbang anak. Ada yang merasa belum siap. Dan semua itu tidak perlu diungkapkan blak-blak-an saat forum silaturahmi antar anggota keluarga.
#5 Golongan Telatnya Kecepetan
Kalau empat golongan sebelumnya level resistennya untuk datang silaturahmi tergolong middle. Buat golongan telatnya kecepetan ini sudah advance. Alias kalau bisa acara itu tidak perlu diadakan. Lalu, siapakah golongan yang beruntung itu?
Mereka adalah perempuan yang telat datang bulan (hamil) sebelum menikah. Itu kan kecepetan namanya. Istilah lainnya macam-macam. Ada yang bilang MBA alias Married By Accident. Masih ada istilah lainnya yaitu LIPUTAN atau Lupa Dicabut Anakpun Nongol.
Sebenarnya merekalah yang butuh dukungan sebesar-besarnya. Bukannya dinilai, dihakimi, bahkan dikucilkan. Tentunya, hari raya Idul Fitri bukan hanya jadi peristiwa suci bermaaf-maafan, melainkan juga jadi momen menerima anggota keluarga kita seutuhnya. Ya putihnya. Ya hitamnya.
Kirim Komentar